Assalamu'alaikum.wr.wb
hai kawan-kawan semua, kalian tau ga kalo tokoh-tokoh Islam dalam perkembangan matematika itu ternyata banyak loh ...
tapi kita jarang tau tentang tokoh-tokoh Islam dalam perkembangan matematika ...
nah, kali ini saya mau posting tentang beberapa tokoh Islam dalam perkembangan matematika. ..
monggo disimak ... ^.^
1. Al-Hajjaj bin Yusuf bin Matar (786-833 M)
Al-Hajjaj bin
Yusuf bin Matar adalah seorang matematikawan Arab yang pertama kali
menerjemahkan Elemen Euclid dari bahasa Yunani ke dalam bahasa Arab. Dia
membuat terjemahan yang lebih ringkas untuk khalifah al-Maʾmun (813-833).
Sekitar 829, ia menerjemahkan Ptolemeus Almagest, yang pada waktu itu juga
telah diterjemahkan oleh Hunayn ibn Ishaq dan Sahl al-Tabari. Kita tahu apa-apa
tentang kehidupan pribadi Hajjaj's, keluarganya, teman-temannya, atau
pelatihannya (gurunya); kita tahu bahwa dia adalah salah satu penerjemah yang
paling berpengaruh pada akhir abad ke-8 awal abad ke-9 di Baghdad, ibukota dari
Kekaisaran Abbasiyah.Hajjaj menterjemahkan Ptolemy Megale sintaks yang dikenal
sebagai Almagest dan Euclid's Elements.
Pada awal abad
ke-9, ia menerjemahkan Elements, naskah yang berbahasa Yunani, ke dalam bahasa
Arab untuk Yahya bin Khalid (wafat: 805), Wazir Khalifah Harun Al-Rasyid. Namun
pada tahun 820, Hajjaj merevisi terjemahannya dan membuatnya untuk Khalifah
Abbasiyah yang berkuasa di Ma’mun. terjemahan versi baruya digambarkan lebih
canggih dari terjemahan aslinya. Kapan dan untuk siapa ia menerjemahkan
Almagest tidak diketahui. Dua naskah terjemahan Hajjaj tentang pekerjaan utama
Ptolemeus masih ada sampai hari ini.
Terjemahan
Hajjaj’s memiliki pengaruh yang besar pada masyarakat Arab, Persia, Ibrani dan
Pelajar yang mempelajari buku Ptolemy dan Euclid. Hal ini dapat dideteksi dalam
manu skrip yang mewakili tradisi besar kedua dalam transmisi Arab dalam
Almagest dan Element dan turunannya kemudian dalam bahasa Latin dan
Ibrani.
Tradisi kedua
dimulai oleh terjemahan Hunayn ibn Ishaq tentang Almagest dan Elemen ke dalam
bahasa Arab dan dilanjutkan dengan edisi Thabit ibn qurra. Beberapa dari
sepuluh manuskrip Almagest Arab hari ini masih ada. Manuskrip itu dipelajari di
Andalusia (Spanyol), di Afrikautara, Timur Tengah, Asia Tengah, dan India.
Ulama penting
seperti Abu Aliʿ Sina bin Aflah bin Jabir dan Nasir al Din al Tusi
mengetahui dan bekerja dengan manuskrip dari kedua tradisi dan memberikan
komentar, yang kritis kepada keduanya. Pada abad ke-12, Gerard dari Cremona
menerjemahkan Almagest di Toledodari yang berbahasa Arab ke dalam bahasa Latin
menggunakan naskah yang mewakili dua tradisi Arab. Buku I-IX dari terjemahan
ini didasarkan pada karya Hajjaj kecuali untuk katalog bintang di buku
VII.5-VIII.1, yang merupakan teks pencampuran dua tradisi Arab. Sisa tiga buku
terjemahan Gerard berasal dari karya Hunayn Ibn Ishaq dan ibn Thabit qurra.
Pada awal abad 12, Adelard of Bath versi al-Hajjaj tentang elemen Euclid
diterjemahkan ke dalam bahasa Latin.
2. Al-qalasadi
konstribusi Al-qalasadi dalam mengembangkan
matematika sungguh sangat tak ternilai. Ia sang matematikus Muslim abad ke-15,
kalau tanpa dia boleh jadi manusia tidak mengenai symbol-simbol ilmu hitung.
Sejarah mencatat alqasadi merupakan salah seorang matematikus muslim yang
berjasa mengenalkan symbol-simbol Aljabar. Symbol-simbol tersebut pertama kali
dikembangkan pada abad 14 oleh ibnu al-banna kemudian pada abad 15 dikembangkan
oleh al-Qasadi, al-Qasadi memperkenalkan symbol-simbol matematika dengan
menggunakan karakter dari alphabet arab. Ia menggunakan wa yang berarti dan
untuk penambahan(+), untuk pengurangan(-), al Qasadi menggunakan illa
berate”kurang” sedangkan perkalian (X) ia menggunakan fi yang berarti “kali”.
Symbol ala yang berarti bagi digunakan untuk pembagian (/).
Selain
itu, al-Qalasadi juga menggunakan simbol j untuk melambangkan ''akar''.
Simbol sh digunakan untuk melambangkan sebuah variable (x). Lalu, ia menggunakan
simbol m) untuk melambangkan ''kuadrat'' (X2). Huruf k digunakan sebagai simbol
''pangkat tiga'' (x3). Sedangkan, melambangkan persamaan (=).
Tanpa jasa al-Qalasadi, boleh jadi masyarakat modern tak akan mengenal simbol Aljabar yang sangat penting itu. Lalu, sebenarnya siapakah al-Qalasadi itu? Matematikus Muslim terkemuka itu bernama lengkap Abu al-Hasan ibnu Ali al-Qala?adi. Ia terlahir pada 1412 di Bastah (sekarang, Baza), Andalusia yang kini dikenal sebagai Spanyol.
Tanpa jasa al-Qalasadi, boleh jadi masyarakat modern tak akan mengenal simbol Aljabar yang sangat penting itu. Lalu, sebenarnya siapakah al-Qalasadi itu? Matematikus Muslim terkemuka itu bernama lengkap Abu al-Hasan ibnu Ali al-Qala?adi. Ia terlahir pada 1412 di Bastah (sekarang, Baza), Andalusia yang kini dikenal sebagai Spanyol.
Menurut
JJ O'Connor dan EF Robertson, Andalusia berasal dari bahasa Arab,
al-Andalus. Nama itu digunakan umat Islam untuk menyebut seluruh wilayah
Spanyol dan Portugal yang pernah dikuasai umat Muslim dari abad ke-8 M hingga
abad ke-11. Wilayah tempat berdirinya Kekhalifahan Umayyah Spanyol itu,
kemudian direbut kembali orang Kristen.
Andalusia,
kata O'Connor, hanya digunakan untuk menyebut kawasan yang tersisa di
bawah kekuasaan Islam. Penaklukan Kristen terhadap wilayah Andalusia
membutuhkan empat abad. Andalusia merupakan wilayah yang makmur pada abad ke-13
M. Di wilayah itu, terdapat Alhambra, istana yang indah dan benteng dari
penguasa Granada.
Al-Qalasadi
adalah seorang intelektual Muslim yang dibesarkan di Bastah. Masa
kanak-kanaknya dilalui dengan sangat sulit. Pada masa itu, Kerajaan Kristen
sering menyerang kota Bastah. Meski hidup dalam situasi keamanan yang tak
stabil, ia tak pernah melalaikan tugasnya untuk belajar dan menimba ilmu.
Ilmu
hukum dan Alquran merupakan pelajaran pertama yang diperolehnya di tanah kelahiran.
Setelah menginjak remaja, al-Qalasadi hijrah ke selatan, menjauhi zona perang
menuju Granada. Di kota itu, ia melanjutkan studinya mempelajari ilmu filsafat,
ilmu pengetahuan dan hukum Islam. Al-Qalasadi sering melakukan perjalanan ke
negara-negara Islam. Secara khusus, dia menghabiskan banyak waktunya di
Afrika Utara. Dia hidup di negara-negara Islam yang memberikan dukungan kuat
terhadap Andalusia baik secara politik maupun dengan bantuan militer dalam
melakukan perlawanan terhadap serangan Kristen.
Dia
menghabiskan waktu di Tlemcen (sekarang di barat laut Aljazair, dekat
perbatasan Maroko). Di tempat itu, ia belajar di bawah bimbingan
guru-gurunya untuk mempelajari aritmatika dan aplikasinya. Setelah itu,
dia hijrah ke Mesir untuk berguru pada beberapa ulama terkemuka.
Al-Qalasadi
juga sempat menunaikan ibadah haji ke Makkah dan kembali ke lagi Granada.
Ketika kembali ke Granada, keadaan wilayah tersebut semakin memburuk.
Bagian yang tersisa dari wilayah Muslim terus diserang orang-orang Kristen
Aragon dan Castile. Suasana itu tak menyurutkan tekadnya untuk tetap
mengajarkan ilmu yang dikuasainya.
Dalam
situasi genting pun, al-Qalasadi tetap mengajar dan menulis sderet karya yang
sangat penting. Serangan tentara Kristen yang terus-menerus membuat
kehidupannya di Granada, semakin sulit. Wilayah kekuasaan Muslim di
Granada habis pada 1492, ketika Granada jatuh ke tangan orang Kristen.
Selama
hidupnya, al-Qalasadi menulis beberapa buku mengenai aritmatika dan sebuah buku
mengenai aljabar. Beberapa di antaranya berisi komentar-komentar terhadap karya
Ibnu al-Banna yang bertajuk Talkhis Amal al-Hisab (Ringkasan dari Operasi
Aritmatika). Ibnu al-merupakan matematikus Muslim yang hidup satu abad lebih
awal dari al-Qalasadi.
Risalah
utama al-Qalasadi adalah al-Tabsira fi'lm al-Hisab (Klarifikasi Ilmu
Berhitung). Sayangnya, buku itu sulit dipelajari orang kebanyakan. Untuk
mempelajarinya dibutukan ketajaman pikiran. Buku itu sangat dipengaruhi
pemikiran Ibnu al-Banna. Meskipun al-Qalasadi sudah berusaha menyederhanakan
tingkat kerumitan karya al-Banna.
Buku
aritmatika karya al-Qalasadi yang lebih sederhana, terbukti begitu
populer dalam pengajaran aritmatika di Afrika Utara. Karya-karyanya itu
digunakan selama lebih dari 100 tahun. Jejak intelektual al-Qalasadi
rupanya cukup dikenal dan diketahui para sejarawan
Salah
seorang penulis yang bernama J Samso Moya, mengatakan, para penulis
menganalisis karya para ahli matematika dari Maghrib (Afrika Utara) seolah-olah
mereka sepenuhnya tidak terpengaruh dari pendahulu mereka di Timur Islam.
Hal
itu, kata Moya, mendorong mereka untuk menekankan pentingnya mengunakan simbol
aljabar yang digunakan Al-Qalasadi (1412-1486), tanpa memperhatikan
usaha-usaha serupa sebelumnya baik di Timur maufut di Barat Islam. Para penulis
di abad ke-19 percaya bahwa simbol-simbol aljabar pertama kali dikembangkan
dalam Islam oleh ahli matematika Spanyol-Arab Ibn al-Banna dan Al-Qalasadi.
Kalangkaan
simbol-simbol matematika di Italia, mungkin disebabkan ketidaktahuanilmuwan Italia
seperti, Leonardo Fibonacci akan adanya karya-karya hebat para ahli matematika
dari Andalusia. Boleh jadi simbol-simbol Aljabar tersebut bukan penemuan
al-Qalasadi, tetapi dia memiliki kontribusi yang besar dalam mengenalkan
simbol-simbol Aljabar tersebut kepada dunia. Simbol-simbol Aljabar tersebut
telah digunakan di kekaisaran Muslim Timur, bahkan mungkin lebih awal dari itu.
Tradisi
belajar di Andalusia sudah tampak sejak awal abad ke-9 M. Di wilayah kekuasaan
kekhalifahan Umayyah itu, anak-anak para pangeran, pejabat atau orang yang
terhormat harus belajar. Mereka belajar dari ajaran ilmiah menggunakan salinan
terjemahan karya ilmiah Yunani dan India.
Lalu
muncullah buku-buku pengajaran bahasa Arab pertama di Andalusia yang berasal
dari Baghdad, ibu kota Kekhalifahan Abbasiyah. Belajar bukan hanya hak
kelompok elite semata. Anak-anak para pedagang dan keluarga kerajaan
mendapatkan buku-buku dari orang tuanya yang kaya.
Melihat
keinginan yang besar untuk belajar, Khalifah akhirnya mendukung kegiatan-kegiatan
ilmiah dengan membiayai pembentukan sebuah perpustakaan penting untuk
menyediakan beraneka macam buku. Inisiatif Khalifah untuk memajukan pendidikan
dengan membangun banyak perpustakaan akhirnya meningkatkan perkembangan
kegiatan ilmiah di kota-kota utama Muslim Spanyol.
Beberapa
kota yang pendidikan dan ekonominya maju pada masa itu antara lain: Cordoba,
Toledo, Sevilla, Zaragoza dan Valencia. Selama sepertiga akhir abad ke-9 dan
abad ke-10 M, kegiatan mengajar dan penelitian berkembang pesat terutama dalam
bidang matematika.
Khalifah
Umayyah dpada abad ke-10 dan Khalifah Abd ar-Rahman III ( 912-961) serta
putranya al-Hakam II (961-976) sangat mendukung perkembangan dunia pendidikan
dan ilmu pengetahuan. Maka bisa dikatakan bahwa Andalusia -- tempat
kelahiran al-Qalasadi -- merupakan wilayah yang memiliki tradisi belajar dan
penelitian.
Pada
masa itu, berbagai macam karya astronomi maupun matematika banyak dilahirkan
oleh para ilmuwan besar, termasuk al-Qalasadi. Selain itu, banyak juga ilmuwan
yang lahir di Andalusia, termasuk Ibnu as-Samh dan al-Zahrawi, yang mendominasi
kegiatan ilmiah paruh pertama abad ke-11 M, serta menerbitkan banyak buku
di Spanyol dan di Maroko.3. Al-ʿAbbas ibn Saʿid al-Jawhari
Al-Jawhari
adalah seorang matematikawan yang bekerja di Rumah di Baghdad. Karyanya yang
paling penting adalah Komentar tentang Elemen Euclid yang berisi hampir 50
proposisi tambahan dan bukti percobaan dalil paralel. Matematikawan Arab dan
astronomi yang menulis tentang (325 - 250 SM) Euclid's Elements dan menjadi
yang pertama untuk mencoba bukti dalil paralel. Lahir di Baghdad, al-Jawhari
adalah anggota sebuah lembaga ulama yang didirikan oleh khalifah al-Ma'mun
(sekitar 813-833). Dalam bukunya Commentary on Euclid's Elements, al-Jawhari
menyajikan sekitar 50 dalil selain yang ditawarkan oleh Euclid, ia berusaha
meskipun tidak berhasil untuk membuktikan postulat paralel. Sebagai seorang
astronom, al-Jawhari melakukan observasi baik dari Baghdad dan Damaskus.
Kita
tahu sedikit kehidupan al-Jawhari's kecuali bahwa ia dikaitkan dengan Rumah
yang luar biasa, yang didirikan di Baghdad oleh Khalifah al-Ma'mun. dirumah
kebijaksanaan itu pulalah matematikawan lain ditempatkan seperti al-Kindi, al-
Khawarizmi, Hunayn ibn Ishaq, Thabit bin qurra dan Banu Musa.
Al-Jawhari, dikenal dalam bidang geometri,
melakukan observasi di Baghdad sekitar tahun 829-830 ketika bekerja untuk
al-Ma'mun. Dia meninggalkan Baghdad sebelum kematian al-Ma'mun di 833, dalam
penelitian/pengamatannya di Damaskus di 832-833. Pekerjaan utama oleh
al-Jawhari tentang Komentar pada Elemen Euclid yang tertera dalam Index, sebuah
karya disusun oleh penjual buku Ibnu an-Nadim ditahun 988. Komentar pada
Euclid's Elements merupakan pekerjaan yang hampir sama dengan yang dijelaskan
oleh Nasir al-din al-Tusi walaupun al-Tusi memberikan judul yang sedikit
berbeda untuk pekerjaan al-Jawhari's.
Al-Tusi
mengutip enam dari hampir lima puluh proposisi yang bersama-sama membentuk apa
yang al-Jawhari yakini sebagai bukti postulat paralel. Ini berarti bahwa,
sejauh kita menyadari, al-Jawhari adalah matematikawan Arab pertama yang
mencoba membuktikan hal ini. Kenyataan bahwa bukti ini gagal kemudian dicatat
oleh al-Tusi. Al-Jawhari's adalah "bukti" contoh dari upaya awal
matematikawan Muslim untuk memahami konsep-konsep sulit dalam Elemen Euclid.
Berggren, meninjau, menyatakan terkejut, bukan pada argumen menyesatkan
al-Jawhari, tapi lebih kepada fakta bahwa mereka masih sedang berulang 400
tahun kemudian.
4. Abd al-Hamid ibn Turk
Abd
al-Hamid ibn Turki (830), atau yang dikenal juga sebagaiʿ Abd al-Hamid bin Wase
bin Turk Jili adalah Matematikawan muslim Turki pada abad kesembilan. Tidak
banyak yang diketahui tentang biografinya. Dua catatan tentangnya, salah satu
oleh Ibnu Nadim dan yang lain oleh al-Qifti tidak identik. Namun al-Qifi
menyebutkan namanya sebagai Abd al-Hamid ibn Wase ibn Turk Jili. Jili berarti
dari Gilan.
Dia
menulis sebuah karya pada aljabar yang hanya terdiri dari bab "Kebutuhan
Logika dalam Persamaan Campuran", pada solusi persamaan kuadrat, dan masih
ada sampai saat ini. Dia menulis sebuah naskah berjudul Kebutuhan Logika dalam
Persamaan Campuran, yang sangat mirip dengan karya al-Khwarzimi's “Al-Jabr” dan
diumumkan pada sekitar waktu yang sama, atau bahkan mungkin lebih awal dari,
Al-Jabr. Naskah ini memberikan demonstrasi geometrik persis sama seperti yang
ditemukan di Al-Jabr, dan dalam satu kasus contoh yang sama seperti yang
ditemukan di Al-Jabr, dan bahkan melampaui Al-Jabr, dengan memberikan bukti
geometris bahwa jika determinan negatif maka persamaan kuadrat tidak ada
solusi. Kesamaan antara dua karya telah menyebabkan beberapa sejarawan untuk
menyimpulkan aljabar yang mungkin telah berkembang dengan baik pada saat
al-Khawarizmi dan 'Abd al-Hamid.
5. Yaʿqub ibn Isḥaq al-Kindi
Al-Kindi
atau Alkindus adalah seorang filsuf dan ilmuwan yang bekerja sebagai Rumah
Kebijaksanaan di Baghdad di mana ia menulis banyak komentar tentang karya-karya
Yunani. Kontribusi-nya untuk matematika mencakup banyak karya aritmatika dan
geometri.
Abu
Yusuf Yaʿqub ibn Isḥaq al-Ṣabbaḥal-Kindi yang lahir pada tahun 801 dan
wafat pada tahun 873 M ini juga dikenal sampai ke Barat oleh versi nama
Latinnya “Alkindus”. Alkindus dikenal di barat sebagai seorang polymath Arab
Irak, filsuf Islam, ilmuwan, peramal,
ahli astronomi, kosmologi, kimia, ahli logika, matematikawan, musisi, dokter,
ahli fisika, psikolog, dan meteorologi. Al-Kindi adalah yang pertama dari para
filsuf Peripatetik Muslim, dan dikenal atas usahanya untuk memperkenalkan filsafatYunani
dan Helenistik ke dunia Arab. Al-Kindi adalah seorang pelopor dalam kimia,
kedokteran, teori musik, fisika, psikologi, filsafat ilmu, dan juga dikenal
sebagai salah satu bapak kriptografi.
Al-Kindi
adalah keturunan dari suku Kinda yang merupakan bangsa Arab terkenal suku asli
dari Yaman. Ia dilahirkan dan dididik di Kufah, sebelum mengejar studi lanjut
di Baghdad. Al-Kindi menjadi tokoh terkemuka di Rumah dan sejumlah khalifah
Abbasiyah menunjuk dia untuk mengawasi penerjemahan teks ilmiah dan filsafat
Yunani ke dalam bahasa Arab. Ini kontak dengan "filosofi orang
dahulu" (sebagai filsafat Yunani danHelenistik yang sering disebut oleh
para sarjana Muslim) memiliki efekmendalam pada pengembangan intelektual, dan
membawanya untuk menulis risalah asli pada subyek mulai dari etika Islam dan
metafisika untuk matematika dan farmakologi. Dalam matematika, al-Kindi
memainkan peran penting dalam memperkenalkan angka Arab ke dunia Islam dan
Kristen. Dia adalah seorang pelopor dalam pembacaan sandi dan kriptologi, dan
metode baru dibuat dari memecahkan sandi, termasuk metode analisis frekuensi.
Menggunakan keahlian matematika dan medis, ia mengembangkan skala untuk
memungkinkan dokter untuk mengkuantifikasi potensi pengobatan mereka. Ia juga
bereksperimen dengan terapi musik. Tema sentral yang mendasari tulisan-tulisan
filosofis al-Kindi adalah kesesuaian antara filsafat dan ilmu-ilmu Islam
ortodoks, terutama teologi. Banyak karya-karyanya mensinergikan subyek teologi
yang bersangkutan, termasuk sifat Allah, jiwa, dan pengetahuan kenabian. Namun,
meskipun peran penting yang dimainkan dalam membuat filsafat diakses oleh
intelektual Muslim, output filosofisnya sendiri sebagian besar dibayangi oleh
al-Farabi dan sangat sedikit dari teks itu tersedia untuk sarjana modern untuk
dipelajari.
Al-Kindi
menulis pada sejumlah subjek matematika penting lainnya, termasuk aritmatika,
geometri, angka India, harmoni dari angka, garis dan perkalian dengan angka,
jumlah relatif, proporsi pengukuran dan waktu, dan prosedur numerik dan
kenselasi. Ia juga menulis empat jilid, Penggunaan angka India Ketab fi
Isti'mal al-'Adad al-Hindi yang memberikan kontribusi besar terhadap difusi
sistem penomoran India di Timur Tengah dan Barat. Dalam geometri, antara
karya-karya lain, ia menulis tentang teori paralel. Juga berhubungan dengan
geometri dia mengerjakan dua pekerjaan pada optik. Salah satu cara dimana ia
memanfaatkan matematika sebagai filsuf adalah upaya untuk menyangkal keabadian
dunia dengan menunjukkan bahwa sebenarnya tak terhingga adalah absurditas
matematis dan absurditas yang logis.6.
6. Banu Musa
Banu
Musa terdiri dari tiga bersaudara yang bekerja di Rumah Kebijaksanaan di
Baghdad. Risalah matematika paling terkenal mereka adalah Kitab dari Pengukuran
pesawat dan Angka Bulat, yang dianggap masalah yang sama seperti Archimedes
lakukan pada Pengukuran Lingkar, pada bola dan silinder. Mereka memberikan
kontribusi individual juga. Yang tertua, Jaʿjauh Muhammad khusus dalam geometri
dan astronomi. Dia menulis sebuah revisi kritis pada Apollonius 'Conics disebut
Aktiva dari kitab conics. Ahmad khusus dalam mekanika dan menulis sebuah karya
pada perangkat pneumatik disebut mekanika. Si bungsu al-Hasan khusus dalam
geometri dan menulis karya pada.
cukup sekian dulu ya tentang tokoh Islam dalam perkembangan Matematikanya, nanti dilanjut lagi deh....
wassalamu'alaikum wr.wb